Radio Rimba Raya: Suara dari Hutan Penjaga Kemerdekaan
Menembus batas propaganda Belanda, gelombang Radio Rimba Raya dari Aceh membuktikan kepada dunia bahwa Republik Indonesia masih berdiri tegak.
1. Sejarah dan Latar Belakang
Di ujung barat Nusantara, di tengah lebatnya hutan Paya Tumpi, Takengon, Aceh Tengah, nyala api perjuangan masih berkobar. Di sanalah sejumlah pejuang Aceh, dipimpin oleh A. Hasjmy, mendirikan sebuah stasiun radio sederhana. Radio itu diberi nama Radio Rimba Raya.
Baca juga: Radio yang Menegakkan Kemerdekaan
2. Peran dalam Perjuangan
Radio Rimba Raya mulai mengudara pada malam 20 Desember 1948. Menggunakan pemancar gelombang pendek berkekuatan 1 kilowatt, radio ini mampu menjangkau wilayah luas: dari Sumatra, Malaya, Singapura, India, hingga Eropa.
Siarannya tidak hanya menggunakan bahasa Melayu, tetapi juga Inggris, Arab, Urdu, Belanda, dan Cina, sehingga pesan perjuangan Republik bisa dipahami oleh dunia internasional. Radio ini menyiarkan berita terbaru, membantah propaganda Belanda, serta menyebarkan kabar bahwa Republik Indonesia masih tegak berdiri,
Indonesia masih merdeka!
Siaran ini berhasil membantah klaim Belanda, sekaligus memperkuat diplomasi Republik Indonesia di luar negeri.
3. Pemancar dan Jaringan Internasional
Pemancar yang digunakan Radio Rimba Raya awalnya berasal dari bantuan internasional melalui jalur perdagangan dan perhubungan di Sumatra dan Malaya. Dengan dukungan teknisi berpengalaman, pemancar itu dimodifikasi hingga mampu menjangkau luar negeri.
Peran jaringan pedagang Aceh di Penang dan Singapura sangat penting dalam mendatangkan peralatan radio, yang kemudian diselundupkan melalui jalur laut menuju Aceh.
Republik Indonesia masih ada. Pemerintah dan rakyatnya terus berjuang. Kemerdekaan tidak pernah padam.
Gelombang suara dari hutan Aceh itu menembus batas-batas samudera. Dunia internasional yang semula percaya pada propaganda Belanda mulai sadar: Indonesia belum menyerah. Tekanan pun datang dari berbagai negara, hingga Belanda tidak mampu lagi menutupi kebenaran.
Berkat keberanian Radio Rimba Raya, dunia mengetahui bahwa Republik masih hidup. Suara kecil dari hutan itu menjadi penopang besar bagi diplomasi Indonesia di kancah internasional. Pada akhirnya, perjuangan itu berbuah manis: Belanda dipaksa duduk di meja perundingan dalam Konferensi Meja Bundar 1949, dan kedaulatan Indonesia pun diakui sepenuhnya.
Hari ini, Radio Rimba Raya dikenang sebagai corong republik dari Aceh — bukti nyata bahwa perjuangan tidak hanya dilakukan dengan senjata, tetapi juga dengan suara, keyakinan, dan keberanian.
4. Tokoh-Tokoh yang Terlibat
Keberadaan Radio Rimba Raya tidak lepas dari dukungan banyak pihak:
- Mr. Syafruddin Prawiranegara, Ketua Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) yang berkedudukan di Sumatra, menjadi payung politik keberadaan radio ini.
- Ali Hasjmy (A. Hasjmy), tokoh penting di Aceh yang memastikan dukungan penuh rakyat Aceh terhadap perjuangan Republik.
- Teungku Muhammad Daud Beureueh, Gubernur Militer Aceh.
- W. Schultz, seorang teknisi keturunan Jerman yang berperan mengoperasikan peralatan pemancar.
=> Penggagas utama Radio Rimba Raya.
=> Mengatur strategi lokasi, dan arah siaran (nasional & internasional).
2. Dukungan Politik & Moral
Tgk. Muhammad Daud Beureueh (Ulama besar Aceh)
=> Memberikan dukungan moral dan politik.
=> Menggerakkan rakyat Aceh untuk ikut membantu.
Abbas (teknisi utama Aceh)
=> Ahli merakit dan mengoperasikan pemancar radio.
M. Nur El Ibrahimy & tim pemuda Aceh
=> Membantu teknis siaran & perawatan perangkat.
Penyiar (dalam berbagai bahasa: Indonesia, Inggris, Arab, Mandarin)
=> Menyampaikan pesan Republik ke rakyat Indonesia & dunia internasional.
5. Cara Memperoleh Pemancar
1. Jalur Sumatra – Penang (Malaya)
4. Kontak Diplomatik Awal RI
📌Jadi, “jaringan internasional” yang dimaksud bukanlah lembaga resmi seperti PBB, melainkan jaringan pedagang, diaspora, dan simpatisan di Malaya (Penang–Singapura), ditambah teknisi asing (terutama Jepang) yang tinggal di Aceh dan Sumatra.
6. Upaya Pelestarian
- Monumen berupa konstruksi menara tinggi dengan bentuk patokan seni yang khas, sering diabadikan sebagai objek wisata dan kebanggaan lokal.
- Ada prasasti atau tulisan pada monumen yang menjelaskan sejarah singkat Radio Rimba Raya, seperti tentang tanggal siaran pertama dan tujuan siarannya.
- Yang bisa kita lihat secara visual saat ini adalah monumen memorial Radio Rimba Raya, bukan foto detail pemancar era perjuangan.
- Monumen itu dibuat untuk mengenang stasiun radio perjuangan, dengan desain menara dan prasasti di lokasi tinggi yang mudah terlihat.
7. Data Lokasi Monumen
- Nama: Monumen Radio Rimba Raya
- Lokasi: Desa Rimba Raya, Kecamatan Pintu Rime Gayo, Kabupaten Bener Meriah, Aceh
- Koordinat GPS: 4°43′20.0″N 96°52′08.1″E
Bagi peneliti maupun peziarah sejarah, lokasi ini bisa ditelusuri melalui aplikasi Google Earth dengan file KML yang berisi titik koordinat monumen.
8. Referensi
- AcehInfo. Radio Rimba Raya dalam Balutan Sejarah. (2021). acehinfo.id
- DetikSumut. Sejarah Radio Rimba Raya, Pengabar ke Dunia Bahwa Indonesia Masih Ada. (2022). detik.com
- Nurul Qomariyah, dkk. Defending Indonesian Sovereignty through Mass Media: Radio Rimba Raya in the Revolutionary War. Indonesian Historical Studies, Vol. 4 No. 1 (2020), Universitas Diponegoro.
- Kemdikbud. Booklet Mengenal Radio Rimba Raya. (2010). repositori.kemdikbud.go.id
- Wikipedia Bahasa Indonesia. Radio Rimba Raya. (diakses 2025).
0 Komentar
Terima kasih atas komentar yang Anda berikan, akan menjadi masukan dan akan kami tinjau kembali untuk perbaikan.